Mengupas makna di balik gambar bukan sekadar upaya menafsirkan bentuk visual, tetapi juga cara memahami kehidupan itu sendiri. Gagasan tersebut menjadi dasar pemikiran Hagung Sihag, seniman sekaligus pengajar di BINUS University, dalam menghadirkan pameran virtual bertajuk “VirtuArts”.
Hagung, yang telah mengajar sejak 2003 dan menjabat sebagai Ketua Program Studi Creative Advertising – School of Design BINUS University sejak 2011 hingga 2025, memandang karya seni sebagai ruang dialog antara pengalaman, simbol, dan pencarian makna. Lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1992 ini merangkai kembali perjalanan kreatifnya melalui VirtuArts—sebuah platform pameran digital yang menjadi wadah kodifikasi atas proses dan karya yang ia dan komunitas Binusian hasilkan selama bertahun-tahun.
VirtuArts dirancang sebagai ruang virtual interaktif yang menampilkan beragam ekspresi artistik dari komunitas kreatif BINUS University. Melalui laman binus.ac.id/virtuarts, publik dapat menikmati karya-karya visual mulai 28 Oktober hingga 30 Desember 2025. Pameran ini membuka cara baru dalam memahami produksi desain melalui pendekatan pengarsipan digital, mengolah gambar dari ikon-ikon yang sudah ada, lalu mengakumulasikannya dengan gaya personal maupun tren kekinian. Hasilnya adalah desain-desain baru yang atraktif, segar, dan penuh dinamika bentuk serta warna.
“Proses yang paling mendasar dari penciptaan adalah menghasilkan bentuk. Bentuk apa pun—baik gambar, lukisan, atau karya alih wahana—memiliki satu pengertian. Kadang pengertian itu tersembunyi di balik karya seni, kadang tampak di permukaannya. Hal ini tergantung pada cara kita membacanya,” ungkap Hagung Sihag, yang telah mengabdikan diri lebih dari tiga dekade di dunia pendidikan periklanan dan seni desain.
Melalui VirtuArts, Hagung mengajak publik untuk tidak hanya menikmati keindahan visual, tetapi juga merenungkan makna yang tersirat di balik setiap karya—sebuah perjalanan reflektif tentang manusia, kreativitas, dan kehidupan yang senantiasa mencari arti.
