Untuk memperkuat kerja sama antar organisasi kerajinan dunia serta mendorong tumbuhnya komunitas kerajinan global yang inklusif, Kota Hanoi menyelenggarakan 1st Hanoi International Craft Festival pada 14–18 November 2025. Festival ini diikuti sekitar 500 stan yang diisi para perajin dari Vietnam dan sedikitnya 30 negara, seperti: Mesir, India, Iran, Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), Pakistan, Tiongkok, Turki, Hungaria, Turkmenistan, Argentina, Australia, Kolombia, Indonesia, Thailand, Jepang, Palestina, Korea Selatan, Kazakhstan, Myanmar, Malaysia dan negara lainnya.
Sebagai ibu kota sekaligus pusat produksi kerajinan Vietnam, Hanoi dikenal memiliki 1.350 desa kerajinan yang menghasilkan ragam produk khas, mulai dari keramik, rotan, sutra, lak, hingga ukiran kayu. Desa-desa kerajinan yang telah berdiri ribuan tahun itu menjadi penjaga sekaligus pelestari nilai budaya tradisional kota tersebut.
Keikutsertaan Indonesia dalam 1st Hanoi International Craft Festival membawa harapan besar bagi penguatan daya saing kerajinan nasional di kancah global. Melalui partisipasi para artisan dan fasilitasi ASEPHI, Indonesia berharap dapat memperluas jejaring dagang, membuka pasar baru, dan menarik lebih banyak kerja sama internasional yang mampu mendorong peningkatan ekspor. Pada event itu, ASEPHI menghadirkan sejumlah artisan, antara lain Dapoza Indonesia (Jakarta), The Zamrud Jewellery dan Hakim Permata (Kalimantan Selatan), Craft Denim (Pekalongan), Noekatun (Bandung), CV Sabila Multi Kreasindo (Magelang Raya), Hessandra (Kalimantan Timur), dan Kibti Furniture (Jepara).
Kolaborasi dengan pelaku industri di Vietnam, termasuk permintaan besar terhadap produk rotan Indonesia, menjadi sinyal positif bahwa kualitas kerajinan tanah air semakin diakui dunia. Dengan momentum ini, Indonesia menargetkan penguatan posisi sebagai salah satu pusat produk kerajinan unggulan Asia, sekaligus menghadirkan manfaat ekonomi yang lebih luas bagi para perajin dan industri kreatif nasional.

Wakil Ketua Umum II ASEPHI sekaligus Vice President WCC-APR South-East Asia, Baby Jurmawati, menyampaikan bahwa delegasi Indonesia hadir lengkap, mulai dari artisan hingga pengurus daerah dan pusat. Ia menilai festival craft ini memberi respons positif terhadap produk Indonesia, terbukti dari penjualan ritel dan kontrak dagang untuk produk gaharu, batu permata, dan ulin, serta tawaran kerja sama bagi Craft Denim Pekalongan dari pelaku industri denim Vietnam.
Terkait pentingnya promosi produk kerajinan keluar negeri, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VII DPR RI pada Kamis (13/11), Ketua Umum ASEPHI, Muchsin Ridjan, mengusulkan penguatan promosi produk kerajinan nasional sebagai langkah strategis untuk meningkatkan daya saing industri kerajinan Indonesia. Ia menekankan perlunya dukungan anggaran yang lebih memadai, program promosi yang berkelanjutan, serta fasilitasi keikutsertaan pelaku usaha dalam pameran berskala nasional maupun internasional.
Muchsin menilai promosi yang terarah tidak hanya membuka peluang ekspor, tetapi juga mendorong perluasan pasar domestik dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat kerajinan unggulan di tingkat global. Ia berharap Komisi VII dapat mendorong pemerintah merumuskan kebijakan yang lebih progresif guna memastikan sektor kerajinan berkembang dan memberikan manfaat ekonomi bagi jutaan perajin di seluruh Indonesia.




