Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB), Karnaval, dan HUT RI ke-80 menjadi highlight program pemerintah kabupaten Jayawijaya bulan Agustus tahun 2025.
Festival Budaya Lembah Baliem (FBLB) – Baliem Valley Cultural Festival, ke-33 tahun 2025 adalah agenda tahunan pemerintah kabupaten Jayawijaya yang menjadi satu rangkaian dengan perayaan HUT RI tiap tahun yang menjadi agenda tourist destination. Tahun ini, FBLB akan dilangsungkan di Distrik Usilimo, sekitar 30 menit berkendaraan ke arah barat dari kota Wamena.
FBLB pertama kali diadakan tahun 1989 sebagai wahana untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Lembah Baliem dari generasi tua kepada orang muda maupun sebagai ajang pertunjukan bagi wisatawan.
Geographically, Lembah Baliem is the heart of Tanah Papua yang sering menjadi pusat kebudayaan dan keberagaman sebagaimana terangkum dalam tema tahun ini, “Budaya Saya, Warisan Saya, Dari Jayawijaya Untuk Dunia”.
Festival Budaya Lembah Baliem menjadi ikonik bagi turis domestik maupun mancanegarakarena memiliki karakteristik yang unik, mengesankan, mengharukan, dan juga mendebarkan hati karena ada penampilan perang-perangan (perang tiruan).
Hal ini, peragaan budaya yang unik dan antik pada abad milenial ketika banyak orang terkosentrasi pada modernitas, membuat FBLB selalu memiliki kesan dan daya tarik tersendiri bagi setiap pengunjuk sekaligus memperkaya khasanah budaya bangsa Indonesia diw kanca internasional. Objek wisata, hunian tradisonal (honai), area yang masih hijau dan segar, ditambah dengan orang Lembah Baliem yang ramah, bersahabat, bersahaja penuh dengan filosofis membuat kita semua terutama pada turis wajib hadir di festival ini.
Tidak dipungkiri juga bahwa FBLB merupakan salah satu even festival tertua di Indonesia dan telah memasuki TOP 10 Karisma Event Nusantara (KEN) dari 9 lainnya, misalnya Cap Go Meh Singkawang (Kalimantan Barat), Pesta Kesenian Bali (Bali) dan Semasa Piknik (DKI Jakarta).
“Event FBLB merupakan momentum yang sangat dinantikan oleh semua pegiat dan pemikat. Karena selain pertunjukan kebudayaan seperti tarian, anyaman noken, ukiran, makanan tradisional, ada juga objek wisatanya misalnya mumi (usia puluhan tahun yang jarang ditemukan ditempat lain), gua, danau habema (berada di atas gunung), pasir putih, hutan pinus, batas batu dan lainnya,” ujar Bupati Jayawijaya Atenius Murip,S.H.,M.H.
“Dengan demikian, FBLB secara langsung memberikan dampak positif bagi peningkatan UMKM terutama orang lokal, maupun pemilik akomodasi, restoran, dan transportasi,” ujar Atenius.
“Kami juga dapat melaporkan bahwa tempat penyelenggaraan FBLB tahun ini agak berbeda dengan sebelumnya, bentuk acara telah diatur sedemikian rupa dengan menghadirkan hal-hal baru yang belum pernah ditampilkan sebelumnya, misalnya pemecahan MURI untuk 1.500 pemain pikon (alat musik tradisional),” lanjutnya.
Neberapa Kementerian terkonfirmasi akan hadir dalam acara ini, dan ada sekitar 200 turis asing sudah terkonfirmasi hadir. Untuk sarana akomodasi di Wamena telah tersedia beberapa hotel, guest house dan rumah tradisional (honai) sekitar area festival, tersedia 20 tour guide lokal (anak Papua), sekitar 63 UMK turut memeriakan FBLB tahun ini, baik orang Papua maupun Nusantara dengan perincian.
Dalam acara ini juga dimeriahkan oleh 10 UMKM kopi, 27 UMKM kerajinan tangan, pangan lokal ada 15, hasil bumi ada 4 serta ada 7 UMKM Khusus (PKK Kabupaten, PKK Provinsi, BPJS, Mama Ai, Kementerian Desa, Komite Olahraga Masyarakat – Kormi).
Karnaval Budaya Lembah Baliem diselenggarakan pada 11 Agustus 2025 sebagai satu rangkaian dari perayaan 17 Agustus. Karnaval terfokus di pusat kota Wamena dengan menghadirkan peserta anak-anak pelajar (PAUD/TK, SD, SMP, SMA/SMK) maupun, Perguruan Tinggi, OPD, OKP (Organisasi kemasyarakatan pemuda), Ormas (Organisasi kemasyarakatan) maupun Paguyuban. Lazimnya adalah setiap group dari yang disebutkan diatas akan mengenakan salah satu pakaian adat daerahnya, sambil bernyanyi dan peragaan budaya mereka akan melewati jalur yang sudah ditentukan panitia.
Dalam momentum Festival ke- 33 tahun pada bulan Agustus tahun ini adalah bertepatan dengan berakhirnya program 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati, Atenius Murip dan Ronny Elopere, pada 13 Agustus 2025 yang mana tergabung dalam rentetan kegiatan 17 Agustus. Ada dua belas program prioritas dalam 100 hari kerja ini yang sudah berjalan, yakni rekonsiliasi kondisi daerah, reformasi birokrasi, audit investigasi asset dan keuangan daerah, digitalisasi pengelolaan pemerintahan dan keuangan daerah, pemulihan jaringan telekomunikasi, pembentukan polisi Baliem, pemberantasan Miras dan penertiban Sajam, pendataan/pemetaan masalah utama Pendidikan, Kesehatan, ekonomi kerakyatan dan infrastruktur dasar, penanganan anak korban aibon, percepatan penetapan RDRT, pembentukan BUMD dan Kebersihan Kota.