Dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional 2025, Museum Batik Indonesia menghadirkan pameran temporer bertajuk “KukuruYUK!: Ragam Motif Ayam dalam Batik Indonesia”. Pameran yang menjadi bagian dari agenda kebudayaan nasional ini dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Kebudayaan RI, Giring Gahesha, pada Senin, 20 Oktober 2025 di Museum Batik Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Dalam sambutannya Giring mengatakan bahwa sejak batik diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 2009, tanggung jawab untuk melestarikan batik menjadi tugas bersama seluruh masyarakat Indonesia. Batik kini tak hanya tampil di panggung nasional, tetapi juga di kancah dunia—dari Paris hingga Brunei Fashion Week—sebagai simbol diplomasi budaya. Ragam motif seperti Batik Tiga Negeri dari Lasem menunjukkan betapa batik mampu mempersatukan berbagai budaya: Jawa, Tionghoa, dan Eropa. Melalui pameran dan penelitian seperti yang dilakukan Museum Batik Indonesia, makna-makna sederhana—bahkan dari sosok ayam yang sering muncul sebagai motif—diangkat kembali sebagai pengingat bahwa melestarikan budaya berarti merawat kehidupan, menghargai sesama, dan menjaga harmoni dengan alam serta Sang Pencipta.
Menurut Kepala Museum dan Cagar Budaya, Abi Kusno, pameran “KukuruYUK!” merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk memahami bagaimana kekayaan batik Indonesia dapat lahir dari hal-hal sederhana yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. “Motif ayam dalam batik bukan hanya ornamen estetis. Ia merefleksikan pandangan hidup masyarakat Nusantara terhadap alam, kesuburan, keberanian, dan semangat hidup,” ujarnya dalam sambutan pembukaan.
Kurator Museum Batik Indonesia, Swa S. Adinegoro menambahkan, ide pameran ini berawal dari eksplorasi koleksi Museum Batik Indonesia yang menemukan banyak motif batik bernuansa ayam. Dari temuan itu, ayam dijadikan tema utama karena kehadirannya melintasi berbagai tradisi batik, baik batik pedalaman seperti Yogyakarta dan Surakarta yang menjadikannya simbol kasih sayang ibu, hingga batik pesisir yang memanfaatkannya sebagai motif hias pada kain sarung dan kain panjang. Uniknya, hampir seluruh bagian tubuh ayam—mulai dari kaki, bulu, hingga organ dalam—dapat menjadi inspirasi motif batik, sesuatu yang jarang ditemukan pada hewan lain.
Ayam, sebagai hewan yang akrab dengan masyarakat Indonesia, telah lama menjadi bagian dari kebudayaan lokal. Kehadirannya terlihat dalam berbagai aspek kehidupan — mulai dari halaman rumah, upacara adat, hingga perabotan rumah tangga seperti setrika arang, celengan ayam, mangkuk bakso, dan kain tenun. Kedekatan ini menjadikan ayam lebih dari sekadar simbol keseharian; ia juga menjadi inspirasi bagi para pembatik untuk mengekspresikan nilai-nilai kehidupan dalam karya mereka.
Pameran “KukuruYUK!” menampilkan 26 koleksi batik, terdiri dari 24 koleksi milik Museum Batik Indonesia dan dua koleksi pinjaman dari pemerhati batik Nusantara. Melalui ragam karya tersebut, pengunjung dapat menelusuri interpretasi motif ayam dari berbagai daerah, mulai dari batik pesisir yang ekspresif hingga batik pedalaman yang sarat makna filosofis.
Pameran ini terbuka untuk umum mulai 21 Oktober hingga Desember 2025, setiap Selasa hingga Minggu pukul 09.00–15.00 WIB. Pengunjung cukup membeli tiket masuk kawasan Taman Mini Indonesia Indah untuk menikmati koleksi dan program publik yang disiapkan Museum Batik Indonesia dalam perayaan Hari Batik Nasional.
Informasi lebih lanjut mengenai pameran “KukuruYUK!” dan kegiatan pendukung lainnya dapat diakses melalui media sosial resmi Museum Batik Indonesia di @mbatik.id. Melalui pameran ini, Museum Batik Indonesia berharap masyarakat semakin mencintai batik tidak hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai cermin nilai-nilai budaya dan kebijaksanaan lokal yang hidup di tengah masyarakat Nusantara.