Ahmad Maulana yang akrab disapa Ujay meluncurkan buku dengan judul “Kita bantu Orang, Tuhan Bantu Kita”. Buku ini merupakan sebuah karya yang lahir dari perjalanan panjang Ujay, dari masa kecil yang penuh keterbatasan hingga menjadi pendiri lembaga konsultan Malahayati Nusantara Raya yang kini telah membantu ribuan orang menghadapi jerat pinjaman online.
Ujay, lahir dari keluarga sederhana, menapaki hidup dengan penuh perjuangan. Lulus dari pesantren pada tahun 2010, ia sempat mendapatkan kesempatan emas untuk melanjutkan studi ke Kairo. Namun, keterbatasan biaya membuat impian itu tertunda. Meski tidak terdaftar resmi di universitas mana pun, semangat belajarnya tak padam. Ia menimba ilmu secara informal di berbagai kampus, sembari bekerja sebagai office boy, tukang parkir, hingga akhirnya terjun ke dunia kolektor penagihan, tempat ia belajar banyak tentang sistem penagihan utang yang kemudian menjadi bekal penting dalam kariernya.
Dari pengalamannya lebih dari satu dekade bekerja di berbagai lembaga keuangan, termasuk bank milik negara, Ujay mulai menyadari adanya kejanggalan. Ia bertanya-tanya, mengapa begitu banyak korban pinjaman online yang berakhir tragis, bahkan hingga mengakhiri hidupnya? Rasa ingin tahunya mendorong ia untuk masuk ke salah satu aplikasi pinjaman online, bukan untuk bekerja mencari nafkah, tetapi untuk mempelajari sistemnya dari dalam.
Hanya satu bulan ia bertahan, cukup untuk memahami praktik-praktik kotor yang merusak, penyebaran data pribadi tanpa izin, sistem yang tidak manusiawi, dan tekanan mental terhadap peminjam.
Awalnya, ia hanya membantu satu orang teman yang hampir kehilangan pekerjaan akibat jeratan pinjol. Bantuan itu diberikan secara cuma-cuma. Namun, dari mulut ke mulut, nama Ujay mulai dikenal. Bersama rekan-rekannya, ia mendirikan sebuah lembaga konsultasi pinjaman online pertama di Sukabumi. Tanpa legalitas, tanpa modal, hanya berbekal niat tulus membantu sesama.
Lembaga itu dinamakan Malahayati, diambil dari nama anak perempuannya dan terinspirasi oleh sosok Laksamana Malahayati, pejuang perempuan tangguh dari Aceh. Semangat perjuangan dan keteguhan hati sang laksamana menjadi fondasi moral lembaga ini.
Tahun 2023 menjadi tonggak penting, Malahayati resmi berbadan hukum. Hanya dalam waktu kurang dari empat tahun, lembaga ini telah berkembang pesat dengan 11 kantor cabang di berbagai wilayah Indonesia. Meski kini konsultasi tidak lagi sepenuhnya gratis, tarif yang dikenakan tetap ringan, dengan pendekatan yang humanis, penuh empati, dan solutif.
Buku “Kita Bantu Orang, Tuhan Bantu Kita” bukan sekadar biografi atau catatan perjalanan pribadi Ujay. Ini adalah manifesto perjuangan, ajakan kepada generasi muda untuk lebih bijak menghadapi dunia digital yang penuh jebakan, khususnya dalam bentuk pinjaman online. Buku ini juga menyuarakan harapan besar agar lembaga seperti Malahayati dapat menjadi sokoguru perekonomian rakyat Indonesia dalam 5–6 tahun ke depan.
Ujay kini mengajak generasi muda untuk terlibat lebih jauh. Ia membentuk Malahayati Central Business, sebuah wadah inovasi dan pemberdayaan berbasis bisnis sosial. Sebab Ia yakin, “Dengan kreativitas dan semangat belajar yang tinggi, anak muda bisa menjadi agen perubahan,” ujarnya saat meresmikan peluncuran buku “Kita Bantu Orang, Tuhan Bantu Kita” yang berlangsung di Jakarta, Jumat (8/8/2025).
Di balik semua pencapaian, ancaman dan intimidasi pernah ia alami, termasuk pesan dan gambar tidak pantas yang dikirim oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab. Namun, semua itu tak menggoyahkan tekadnya. Prinsip hidupnya tetap sederhana, tapi kuat: “Kita bantu orang, Tuhan bantu kita.”
Buku ini adalah panggilan jiwa bagi siapa pun yang ingin ikut berjuang, memberi harapan baru, dan menjadi bagian dari perubahan. Sebab, seperti yang diyakini Ujay, “Di tangan anak muda, apa pun bisa berhasil asal mau belajar,” pungkasnya.
Sebagai informasi, seluruh hasil penjualan buku “Kita Bantu Orang, Tuhan Bantu Kita” karya Ujay ini akan didedikasikan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan sosial dan lintas agama yang diinisiasi oleh Malahayati Nusantara Raya.
Disamping itu, kegiatan Beda Buku bertajuk “Malahayati Talks” menjadi penutup dari rangkaian acara peluncuran buku ini. Acara ini turut mengundang puluhan mahasiswa dari berbagai universitas di wilayah Jabodetabek.
Diskusi ini juga menjadi ruang edukatif yang membahas pentingnya pemahaman mengenai pinjaman online serta risiko-risiko yang dapat ditimbulkan akibat kurangnya literasi keuangan di kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa.
