Abdul Latief merupakan pencetus dan pendiri Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Ia merupakan tokoh pengusaha Indonesia menjadi Menteri Tenaga Kerja RI tahun 1993 dan Menteri Pariwisata tahun 1998 dalam kabinet pemerintahan Presiden Soeharto. Abdul Latief juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) periode 1975-1994 dan Dewan Pembina ASEPHI sampai sekarang.
Beberapa waktu lalu, wartawan Inacraftnews menemui Abdul Latief di ruang kerjanya. Banyak hal yang diceritakan Abdul Latief perihal sejarah ASEPHI dan perkembangan pameran Inacraft.
Abdul Latief yang juga sebagai pendiri dan mantan Ketua Umum ASEPHI periode 1975-1994, bercerita tentang sejarah perintisan hingga berdirinya organisasi yang menaungi produsen dan eksportir produk kerajinan di Indonesia ini.
“Awalnya pada tahun 1974, saya membuka handicraft center pertama di Indonesia dengan menyewa di lantai 3 Sarinah Thamrin dan diresmikan oleh Gubernur DKI Ali Sadikin. Dalam sambutan pidatonya, Gubernur Ali Sadikin melihat produk-produk handicraft yang ada di toko saya sangat bagus lalu didorong untuk ekspor. Dalam acara tersebut, hadir pula teman-teman saya, antara lain, Ibu Adnoes anggota dewan DPR RI dari PPP dan Ibu Sarifa Yusuf pengusaha handicraft,” ucap Abdul Latief.
Dalam pertemuan dengan Ibu Adnoes dan Ibu Sarifa, mereka berkata kepada saya, kenapa Pak Latief tidak mendirikan asosiasi handicraft. “Memang pada waktu itu, saya sudah memikirkan dan berencana untuk mendirikan asosiasi handicraft tapi belum ada yang mensupport. Apalagi saat itu saya masih sibuk di HIPMI dan menjadi pendiri HIPMI, kemudian terpilih menjadi Ketua HIPMI. Lalu dilanjutkan, menjadi Ketua Dewan Pembina HIPMI. Karena kesibukkan saya di HIPMI, lalu saya menyarankan Ibu Adnoes yang mengurus pembentukan asosiasi produsen handicraft yang berorientasi ekspor tersebut dan saya membantu pendirian organisasinya,” terangnya.
Menurut Abdul Latief, pembentukkan asosiasi produsen handicraft untuk ekspor sangat bagus karena bisa menjadi wadah para perajin handicraft seperti perajin batik, perajin perak, perajin kayu, perajin tenun dan lain-lainya yang nanti produk kerajinannya bisa di ekspor sesuai pesanan dari luar negeri.
Beberapa bulan kemudian, Ibu Adnoes datang kembali menemui Abdul Latief, dan mengatakan sudah membentuk asosiasi produsen handicraft dengan nama Asosiasi Eksportir Produsen Handicarft Indonesia (ASEPHI) yang didukung oleh Bapak Atmono Suryo, Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Kementerian Perdagangan. Tepatnya, ASEPHI didirikan pada awal tahun 1975.
Setelah ASEPHI terbentuk, beberapa bulan kemudian, Ibu Adnoes datang lagi menemui Abdul Latief dan memintanya untuk menjadi Ketua Umum ASEPHI. Ibu Adnoes beralasan, tidak bisa mengurus ASEPHI karena kesibukkannya sebagai anggota DPR RI dari partai PPP.
Kemudian, Abdul Latief mengumpulkan para perajin dari daerah Bali, Yogyakarta, Jawa Barat untuk datang ke kantornya. Setelah bermusyawarah, mereka setuju Abdul Lateif menjadi ketua Umum ASEPHI. Kemudian dilanjutkan, dengan membentuk Badan Pengurus Daerah (BPD) ASEPHI di daerah yaitu BPD DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, Bali, Sumatera Selatan dan lain-lainnya. “Waktu itu, BPD ASEPHI Jawa Barat yang paling aktif,” ujarnya.
Setelah BPP ASEPHI dan BPD ASEPHI terbentuk, Abdul Latief melapor kepada Gubenur DKI, Ali Sadikin. Dan, Gubernur DKI sangat senang telah dibentuknya asosiasi bagi para perajin. Lalu menawarkan kantor untuk ASEPHI di Jakarta Fair. “Kita dapat satu gedung di Jakarta Fair dari Ali Sadikin, malah dikasih subsidi untuk pembayaran sewa listrik,” imbuhnya. “Kita juga mengadakan beberapa pameran dan ikut serta pameran ke luar negeri bersama BPEN di Tokyo, Jerman, Belanda dan Italy,” papar Abdul Latief.
Pada tahun 1993, Abdul Latief ditunjuk menjadi Menteri Tenaga Kerja oleh Presiden Soeharto. Sebagai Menteri tidak boleh rangkap jabatan. Lalu ia serahkan jabatan Ketua Umum ASEPHI ke Sekjen ASEPHI, Sebastian Tanamas.
Saat menjadi Menteri Tenaga Kerja, beliau merupakan menteri yang pertama melakukan reformasi yang menyangkut kesejahteraan bagi para pekerja. Banyak sekali prestasi yang ditorehkan Abdul Latief. Diantaranya, Abdul Latief berhasil menurunkan jumlah pengangguran dari 4% menjadi 3%. Melaksanakan Upah Minimum Regional (UMR) menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) sampai sekarang. Membuat Peraturan Menteri (Permen) Tenaga Kerja terkait perusahaan wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para pekerja. Mendirikan perusahaan Jamsostek. Memodernisasi Balai Latihan Kerja (BLK) dan membangun BLK di seluruh daerah di Indonesia dengan program meningkatkan ketrampilan dan kemampuan peserta BLK sehingga tenaga kerja Indonesia siap bekerja di dalam negeri dan luar negeri. Meningkatkan pelatihan bagi koki (chef) untuk kebutuhan di kapal, hotel dan restauran. Membuat aturan perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI). Mengirim tenaga kerja Indonesia (TKI) ke Arab, Malaysia, Jepang dan Korea Selatan serta beberapa negara Asia dan Eropa.
Pada tahun 1994, Rudy Lengkong menghadap Abdul Latief mengatakan bahwa sudah pensiun dari BPEN dan Abdul Latief menawarkan untuk menjadi Ketua Umum ASEPHI dan menjanjikan akan membantu sepenuhnya. Kemudian pada tahun 1994, Rudy Lengkong menjadi Ketua Umum ASEPHI dengan program mengembangkan usaha anggota dan para perajin dengan menyelenggarakan pameran Inacraft.
Seiring berjalannya waktu, ASEPHI berkembang dengan mengadakan pameran Inacraft di Bidakara dan di tahun selanjutnya menggandeng Mediatama, ASEPHI menyelenggarakan pameran Inacraft di Jakarta International Convention Center (JICC). “ASEPHI berhasil menyelenggarakan pameran Inacraft untuk para perajin dan berjalan bagus serta semakin banyak diminati buyer. Rudy Lengkong sangat berhasil menyelenggarakan pameran Inacraft,” terang Abdul Latief.
Abdul Latief juga mendorong, teman-teman di ASEPHI untuk meningkatkan kualitas pameran Inacraft dan mengadakan pameran Inacraft di daerah bahkan sampai ke luar negeri. “Sudah saatnya ASEPHI melaksanakan pameran ke Luar Negeri. Karena kekuatan ASEPHI itu di pameran Inacraft,” ucapnya.
Menurut Abdul Latief, dibawah Ketua Umum ASEPHI, Muchsin Ridjan, pameran Inacraft semakin berkembang dan lebih tertata rapih serta berhasil mendorong ASEPHI menjadi asosiasi modern.
Abdul Latief kembali menekankan, sudah saatnya ASEPHI pameran ke luar negeri. Setelah sukses dalam negeri, ASEPHI harus melaksanakan pameran ke Eropa. Tapi sebelumnya, harus membuat research dulu, masyarakat Eropa sukanya produk kerajinan apa. Lalu pameran yang cocok disana itu apa, jadi tahu apa ekspor yang dibutuhkan ke Eropa, apa ekspor ke Jepang, apa ekspor ke Cina. “Kita studi/riset dulu, dari research itu kita tahu apa yang pembeli minati di negara tujuan ekspor,” ujarnya.
Abdul Latief menambahkan, ASEPHI juga harus aktif di organisasi kerajinan dunia, semacam world handicraft association supaya bisa pameran di luar negeri dan pembeli-pembeli asing bisa datang ke pameran Inacraft dan akhirnya produk kerajinan Indonesia bisa ekspor. “Itulah yang saya mau bicarakan dengan Menteri UKM dan Menteri Koperasi, bagaimana pengusaha kerajinan yang kecil ini naik menjadi kelas menengah. Kalau sudah kelas menengah bisa kuat, bisa retail, dan produknya bisa ekspor,” terang Abdul Latief.
Ke depan, Abdul Latief berharap, pengurus BPP ASEPHI membuat program selama lima tahun. Jadi punya rencana terjadwal, terukur, fokus dan detail. “Asosiasi ini harus menjadi organisasi modern yang independent,” imbuhnya. (Achmad Ichsan)